A.Pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi
makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia Pupuk organik
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik
mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik
dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Sejarah
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian
daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk
diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam,
yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk
dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah
aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan
pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut
sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi
setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik
sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia.
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan
karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik,
harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat
tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak
negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap
lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke
pertanian organik.
Ø Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk
yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa
dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran
kambing, sapi, domba, dan ayam.. Selain
berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air
kencing (urine) hewan. Pupuk
kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro)
banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara
mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan
nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan
kandungan nitrogen dalam kotoran padat. Pupuk kandang terdiri dari dua bagian,
yaitu:
- Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
- Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam. Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal. Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.
Ø Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari
tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu
masih hijau atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa
tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil
pupuk hijau, seperti sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang dijadikan sumber
pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara
yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya. Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan
haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan
kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi
perbaikan sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah
dan ketahanan tanah terhadap erosi. Pupuk hijau
digunakan dalam:
- Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, dimana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.
- Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.
Ø Kompos
Kompos merupakan sisa
bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang
telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman
yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk,
sisa tanaman jagung, dan sabut
kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya
kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang,
dan cairan biogas. Tanaman air
yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.
Beberapa kegunaan kompos adalah:
- Memperbaiki struktur tanah.
- Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
- Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
- Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
- Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos
digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang layak
digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (di
bawah 400 c).
Ø Humus
Humus adalah material organik yang
berasal dari degradasi ataupun
pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami
dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan
kemudian menjadi tanah.[6] Bahan baku
untuk humus adalah dari daun ataupun
ranting pohon yang berjatuhan,
limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu),
kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi
pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan
bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus
dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk
anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau
senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus
merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus
sama halnya dengan penggunaan kompos.
Ø Pupuk organik
buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi
di pabrik dengan
menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik buatan,
yaitu:
- Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
- Meningkatkan produktivitas tanaman.
- Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
- Menggemburkan dan menyuburkan tanah.
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara
menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan
unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik
tersebut.
Manfaat Penggunaan Pupuk Oganik
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian
besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami
degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam
tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan
karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan
produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas
lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik
sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang
sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan
dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap
perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik
yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan
oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan
sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga
dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara
bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar
pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan
berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai
bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam
organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan
terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan
dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk
organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder
tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan
air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan
organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih
besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan
organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik memiliki fungsi kimia
yang penting seperti:
- Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif.
unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman,,apa lagi bagi pencinta tanaman hias,,Banyak para
hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk
dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja
atau dewasa/indukan.Berikut fungsi unsur-unsur hara makro :
a.
Nitrogen ( N )
-Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
-Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam
tanaman
-Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau daun,
panjang daun, lebar daun,) dan pertumbuhan vegetatif batang ( tinggi dan ukuran
batang).
Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya :
pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan
tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
b.
Phospat ( P )
-Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme
dalam tanaman
-Merangsang pembungaan dan pembuahan
-Merangsang pertumbuhan akar
-Merangsang pembentukan biji
-Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar
jaringan sel
Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya :
pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau
kemerahan ( kurang sehat )
c.
Kalium ( K )
-Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil
asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
-Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap
penyakit
Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang
dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau
segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada
pucuk daun.
Pupuk Organik Granul
Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk.
Bisa dibuat curah, table, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini
tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah
satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya
tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara
seperti di bawah ini.
Tahapan Pembuatan Pupuk Organik
1.
Pengeringan Bahan
Bahan pupuk organik yang digunakan bisa dibuat dari pupuk
kandang. Tapi perlu diingat pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang
yang sudah ‘matang’ bukan yang baru keluar dari binatangnya. Bisa juga
menggunakan kompos, baik kompos dari limbah pertanian, kompos dari sampah
organik, atau humus yang langsung diambil dari tanah.
Langkah pertama adalah pengeringan. Kompos ini harus
dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur di
bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering (rotary dryer).
Kadar air kompos kering kurang lebih <20%. Lebih kering lebih bagus.
2.
Penghalusan dan Pengayakan
Kompos yang sudah kering kemudian digiling dengan mesin
giling. Atau ditumbuk saja juga bisa. Tingkat kehalusan kompos yang diperlukan
minimal 80 mesh. Biasanya aku memilin 100 mesh. Kompos halus ini kemudian
diayak dengan ayakan 80 mesh atau 100 mesh. Sisa bahan yang tidak lolos ayakan
dikembalikan ke alat penggiling.
3.
Penambahan Bahan-bahan Lain
Apabila diperlukan dapat pula ditambahkan beberapa bahan
lain. Beberapa bahan yang sering ditambahkan adalah pupuk anorganik untuk
meningkatkan kandungan hara N, P, K, atau hara mikro lainnya. Dapat pula
ditambahkan dengan asam humat atau asam fulvat atau hormon perangsang
pertumbuhan tanaman. Apabila memungkinkan dapat pula ditambahkan dengan
mikroba-mikroba. Cuma tidak semua mikroba bisa ditambahkan ke dalam pupuk
granul. Banyaknya bahan yang ditambahkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan.
Jenis dan dosis ini merupakan ‘rahasia perusahaan’ masing-masing. Ibaratnya
masakan, jenis masakan bisa sama tetapi ‘ramuannya’ bisa berbeda-beda untuk
setiap koki.
4.
Granulasi
Setelah semua bahan siap, langkah berikutnya adalah
pembuatan granul. Granul dapat dibuat dengan berbagai cara. Cara paling
sederhana adalah dengan menggunakan nampan biasa. Biasanya aku gunakan cara ini
untuk membuat contoh granul skala kecil. Bahan yang diperlukan sekitar 300 gr –
500 gr. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam nampan, tambahakan air + perekat
(jika perlu). Kemudian nampan digoyang-goyang sampai terbentuk granul. Yang perlu
diperhatikan dalam langkah ini adalah penambahan air/perekat. Jumlahnya harus
pas, tidak boleh berlebih atau terlalu sedikit. Di sinilah seni-nya membuat
granul.
Alat lain yang juga dapat digunakan untuk membuat granul
adalah moleh pengaduk semen. Alat ini biasa digunakan oleh para tukang batu
untuk membuat rumah dan dapat diperoleh di toko-toko penjual alat bagunan.
Prinsip kerjanya sama seperti cara di atas. Pertama masukkan bahan ke dalam
moleh. Hidupkan mesinnya. Sambil diputar-putar, masukkan air sedikit demi
sedikit ke dalam molen hingga terbentuk granul. Setelah granul terbentuk, isi
molen dapat dituang.
Alat lain yang khusus dibuat untuk granulasi adalah pan
granulator. Alat ini berbentuk piringan yang berputar. Prinsip kerjanya sih
masih sama dengan cara nampan di atas. Ukuran piringan bisa bermacam-macam.
Kami memiliki pan granulator ukuran kecil dengan diameter 1 m dan ada juga yang
berukuran 2.5 m. Cara kerjanya sama seperti yang telah disebutkan di atas.
5.
Pengeringan dan Pengemasan
Langkah berikutnya adalah pengeringan dan pengemasan
pupuk granul. Pengeringan bisa dilakukan dengan memanfaatkan sinar
matahari/dijemur atau menggunakan mesin pengering.
Ukuran kemasan
bisa bermacam-macam. Kemasan-kemasan kecil bisa berukurang 1 kg, 5 kg, atau 10
kg. Kemasan juga bisa menggunakan karung dengan ukuran 25 – 30 kg. Kemasan
biasanya terdiri dari dua bagian, bagian luar dan bagian dalam (inner). Kemasan
bagian luar diberi merek/nama/logo perusahaan.
Pelestarian lingkungan
Penggunaan pupuk organik saja, tidak
dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan. Oleh karena itu
sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan
pupuk anorganik perlu digalakkan. Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (Low External Input and Sustainable
Agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan
anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu
dilakukan agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara
kelestarian lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk
meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan
digalakkan. Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak
dan tanaman (crop-livestock) serta penggunaan tanaman legum baik berupa
tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover
crop) sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.[1]
Pupuk
Organik Bokashi
Tingginya harga pupuk kimia buatan
dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para
petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia
buatan yang biasa digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan
kehadiran pupuk kimia buatan adalah bokashi.
Bokashi
adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergajian,
jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan
dengan bantuan mikroorganisme aktivator yang mempercepat proses fermentasi.
Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat fermentasi dikenal
sebagai effective microorganism (EM). Penggunaan EM tidak hanya mempercepat
proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses
penguraian bahan organik.
Di Jepang,
bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura
memilih bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat memperbaiki
struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus.
Selain itu
bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski
efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut
sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung
unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.
Belum
diketahui dengan jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi.
Padahal bila mau, bahan baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan seringkali
dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah.
Cara Pembuatan
Bahan :
1. Jerami,
dipotong sepanjang 5-10 cm (20 bagian)
2. Dedak (1 bagian)
3. Sekam (20 bagian)
4. Gula pasir (5 sendok makan)
5. EM4 (5 semdok makan)
6. Air (20 liter)
2. Dedak (1 bagian)
3. Sekam (20 bagian)
4. Gula pasir (5 sendok makan)
5. EM4 (5 semdok makan)
6. Air (20 liter)
Cara pembuatan :
1.
Larutkan EM4 dan gula kedalam air
2. Campur jerami, sekam dan dedak sampai merata
3. Siram adonan dengan larutan EM 4 sampai kandungan air adonan mencapai 50 % atau bila adonan dikepal air tidak menetes dari adonan, dan bila kepalan dilepas adonan akan megar.
4. Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari.
2. Campur jerami, sekam dan dedak sampai merata
3. Siram adonan dengan larutan EM 4 sampai kandungan air adonan mencapai 50 % atau bila adonan dikepal air tidak menetes dari adonan, dan bila kepalan dilepas adonan akan megar.
4. Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari.
5. Suhu
adonan dicek setiap 5 jam sekali. Pertahankan suhu adonan 40-50 o C, bila suhu
lebih dari 50 o C karung penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik kemudian
kembali ditutup.
6. Setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.
6. Setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.
Bahan-bahan organik lainnya dapat
dibuat bokashi dengan campuran bahan serta cara membuat seperti diatas. Dapat
pula dibuat bokashi ekspres (matang dalam 24 jam) dengan komposisi bahan sbb:
-
Bokashi jadi (20 bagian)
-Jerami/daun kering/sekam/serbuk gergaji atau bahan lain yang dapat difermentasi (20 bagian)
-Dedak (2 bagian)
-Gula pasir (5 sendok makan)
-Air (20 liter)
-Jerami/daun kering/sekam/serbuk gergaji atau bahan lain yang dapat difermentasi (20 bagian)
-Dedak (2 bagian)
-Gula pasir (5 sendok makan)
-Air (20 liter)
Cara Penggunaan
Bokashi
dapat disebar merata di atas permukaan tanah dengan dosis 3-4 genggam /meter
persegi. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih banyak. Kemudian
tanah dicangkul atau dibajak, untk mencampurkan bokashi. Pada tanag sawah
pemberian bokahi dilakukan pada saat pembajakan dan setelah tanaman berumur 14
hari dan 1 bulan. Setelah bokashi disebar, semprotkan 2 cc EM4/Liter air ke dalam
tanah. Seminggu kemudian bibit siap ditanam.Untuk tanaman buah-buahan, bokashi
disebar merata di permukaan tanah/perakaran tanaman. Penyiraman dengan EM 4 (2
cc EM4/Liter ) dilakukan tiap 2 minggu sekali.[2]
B.
PUPUK
MIKROBIOLOGIS/HAYATI
Pupuk mikrobiologis atau biofertilizer atau pupuk
hayati adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang
ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami
rizosfer atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan
meningkatkan pasokan nutrisi utama dari
tanaman. Pupuk mikrobiologis mirip dengan kompos teh, dan bisa dikatakan
sebagai kompos teh yang direkayasa karena hanya
mikroorganisme tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang digunakan.
Latar Belakang
Setiap tanaman
memerlukan paling tidak 16 unsur atau zat untuk pertumbuhannya yang normal,
dari 16 unsur tersebut, tiga unsur (C,O,H) diperoleh dari udara, dan 13 unsur
lainnya diperoleh dari tanah (N, P, K, Ca,
Mg, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo). Dari ke-13 unsur tersebut hanya enam unsur
yang diambil tanaman dalam jumlah besar (unsur makro) yaitu N, P, K, S, Ca, dan
Mg.
Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman tetapi
jumlah atau ketersediaanya sering kurang atau tidak mencukupi di dalam tanah
ialah N, P, dan K. Oleh karena itu ketiga unsur ini ditambahkan dalam bentuk
pupuk. Tanah dapat didefinisikan sebagai media alami untuk pertumbuhan tanaman
yang terdiri atas mineral, material organik dan organisme hidup. Aplikasi pupuk kimia
yang berlebih dan terus menerus dapat membawa dampak negatif terhadap kondisi
tanah dan lingkungan. Namun kenyataannya, pertanian modern sangat bergantung
pada penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida untuk
meningkatkan hasil panen. Oleh karena
itu, untuk mengurangi dampak negatif tersebut, maka pupuk organik yang
mengandung mikrob (pupuk hayati) dapat dijadikan sebagai alternatif dari
penggunaan pupuk
kimia.
Gambar. Skema mikoriza yang bersimbiosis dengan akar
tanaman
Mekanisme Kerja
Pupuk mikrobiologis bukanlah pupuk biasa yang
secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan
menambahkan nutrisi ke dalam
tanah. Pupuk mikrobiologis menambahkan nutrisi melalui proses alami, yaitu
fiksasi nitrogen atmosfer, menjadikan fosfor bahan yang
terlarut, dan merangsang pertumbuhan tanaman melalui sintesis zat-zat yang
mendukung pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme dalam pupuk mikrobiologis
mengembalikan siklus nutrisi alami tanah dan membentuk material organik tanah.
Melalui penggunaan pupuk mikrobiologis, tanaman yang sehat dapat ditumbuhkan
sambil meningkatkan keberlanjutan dan kesehatan tanah.
Keunggulan
Pupuk hayati merupakan salah satu bahan yang sangat
penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati tidak
akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan
manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat meningkatkan kesehatan
tanah, memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman.
Aplikasi
Aplikasi pupuk yang mengandung mikoriza dan bakteri
pengikat N (Azotobacter choococum), bakteri pelarut P (Bacillus
megaterium) dan bakteri pelarut K (Bacillus mucilaginous) terbukti
mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays).
Pupuk
hayati merupakan mikroba hidup yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan
untuk membantu tanaman memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi
tanaman. Oleh karena itu, pupuk hayati sering disebut sebagai pupuk mikroba
Pupuk hayati telah dilaporkan mampu meningkatkan efisiensi serapan hara,
memperbaiki pertumbuhan dan hasil, serta meningkatkan ketahanan terhadap
serangan hama dan penyakit. Umumnya digunakan mikroba yang mampu hidup bersama
(simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh oleh dua pihak
tanaman inang mendapatkan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrob
mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. Pupuk hayati
berperan dalam mempengaruhi ketersediaan unsur hara makro dan mikro, efisiensi
hara, dan lain-lain
Dalam
rangka mewujudkan pertanian sehat dapat dilakukan dengan memperbaiki dan
mendukung siklus biologis dalam usaha tani dengan memanfaatkan mikrobia, flora
dan fauna tanah serta tumbuhan dan tanaman. Misalnya pada tanaman
kacang-kacangan mempunyai potensi untuk berswasembada hara nitrogen, melaui
aktivitas bakteri rizobium. Nitrogen yang digunakan berasal dari udara, dan
melalui aktivitas bakteri risobium, maka mampu menambat nitrogen di udara untuk
pertumbuhan tanaman. Tanaman akan mempunyai kemampuan menambat nitogen tersebut
jika bakteri rizobium tersebut sudah berada dalam tanah. Untuk tanah tanah yang
jarang digunakan untuk budidaya kacang-kacangan umumnya keberadaan bakteri
tersebut rendah. Untuk keperluan tersebut perlu adanya pemupukan hayati yang
berupa spora dari risobium, yang salah satu nama dagangnya legin. Nitrogen ini
dibutuhkan tanaman dalam jumlah paling banyak, sehingga jika tanaman mampu
memenuhi kebutuhan nitrogen sendiri, akan menekan pengeluaran untuk pupuk.
Penggunaan legin ini tidak secara terus menerus, jika tanaman telah efektif
dalam memfiksasi nitrogen, maka sudah tidak perlu pemupukan legin lagi. Hal ini
dapat kita lihat dari banyak sedikitnya bintil akar yang ada.
Pupuk
hayati legin ini cara penggunaanya cukup mudah, yaitu biji (misal kedelai) kita
basahi kemudian kita campur dengan legin, dan langsung kita tanam
dilahan. Karena pupuk ini merupakan bahan hidup maka baik penyimpanan maupun
penggunaan agar terhindar dari matahari langsung. Disamping bakteri rizobium,
penggunaan jamur mycoriza mampu mebantu terhadap penyerapan hara tanah dan air.
Penggunaan mycorisa ini telah banyak digunakan pada tanaman kehutanan dan
perkebunan,
Salah satu
alternative dalam penerapan pertanian akrab lingkungan pada perkebunan the
adalah penggunaan pupuk hayati, diantaranay Effectif microorganism 4 (EM4) dan
dikombinasikan dengan pupuk organik cair, dimana mikroorganisme yang
terkandung dalam pupuk ini dapat saling mendukung dalam memperbaiki lingkungan
fisik, kimia dan biologi tanah serta terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Pupuk organik cair Biotea terdiri daro bakteri-bakteri antara lain Bacillus sp
dan Lactobacillus sp dilengkapi dengan unsur hara makro (N, P, K , Mg) dan
unsur hara mikro ( Zn, Mn, Cu, Co, Bo). Sejumlah mikroorganisme yang terkandung
dalam kedua jenis pupuk ini diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan nutrisiy
yang diperlukan tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan
mikroorganisme pathogen.
Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa EM4 dapat memperdalam lapisan olah tanah
serta meningkatkan agregasi tanah, apabila EM4 ini diaplikasikan ke dalam tanah
dapat meningkatkan ketersediaan P2O5 bagi
tanaman. Menurut penelitian yang dilakuakn Higa dan
Wididana (1991), pada daun tanaman jeruk yang diberi perlakuan EM4 mempunyai
jumlah klorofil yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi
perlakuan EM4, karena EM4 mengandung sejumlah bakteri fotosintetik yang dapat
menambat nitrogen atau N bebas dari udara
ke dalam daun tanaman yang dapat
meningkatkan kandungan nitrogen di dalam daun. Kandungan nitrogennya
lebih tinggi (1,030 sampai 1,540%) dibandingkan tanaman tidak diberi EM4
(0,854%).. Hasil analisis jaringan daun tanaman jeruk sitrun menunjukkan bahwa
daun yang diberi EM4 menunjukkan persentase kandungan hara N, P dan K lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi EM4 (Higa dan Wididana,
1993).
Isolasi Mikrob
Isolasi Mikrob
Pembuatan
pupuk organik hayati (Bio-Organik Fertilizer) menggunakan carrer berupa
kompos, gambut, serbuk gergaji, dan casting yang digunakan sebagai pembawa
mikroorganisme. Bio-Organik Fertilizer menggunakan bahan perekat dalam
pembuatannya berupa molase atau tapioca yang dibentuk dalam cairan yang berisi
mikrob untuk komposisi bahan perekat 2-5% yang berguna sebagai bahan makanan
mikroorganisme.
Tehnik
yang digunakan dalam isolasi mikrob pelarut P untuk bahan Bio-Organik
Fertilizer menggunakan medium pikovskaya, kemudian dilakukan penyuburan mikrob
dengan beberapa mg tanah yang di inokulasikan pada medium cair mengandung Ca-,
Fe-, atau AlPO4 sebagai sumber P. Pemurnian dilakukan pada medium padat
dan diuji kemampuannya dalam melarutkan Fosfat. Kemudian mikrob tersebut
diperbanyak dalam bentuk cairan yang kemudian dicampurkan pada bahan carrer.[3]
Teknologi
Pupuk Hayati
Umumnya
pupuk yang dikenal di dalam dunia pertanian ada dua jenis, yaitu pupuk
anorganik seperti urea, dan pupuk organik seperti kompos. Namun terdapat satu
jenis pupuk lagi, yaitu pupuk hayati yang mungkin masih kurang familiar. Di
negara lain penggunaannya sudah berkembang pesat sementara hanya di beberapa
daerah di Indonesia yang mengetahui dan telah menggunakannya. Pupuk ini lebih
menekankan kepada aspek kerja dari mikroorganisme di dalam tanah. Apabila pupuk
dari dua jenis lainnya memberikan kesuburan kimiawi, maka pupuk hayati ini
memberikan kesuburan lainnya berupa tambahan populasi mikrob yang akan membantu
memperbaiki sifat tanah dan mengembalikan kesuburan.
Pupuk
Hayati atau disebut juga Pupuk Mikrob, adalah Pupuk yang mendapat bantuan dari
Mikrobia yang ditambahkan ke dalam tanah untuk meningkatkan efektifitas
pengambilan hara dari udara atau tanah. Umumnya digunakan mikrobia yang
mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh
oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang
diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan
pertumbuhannya. Penggunaan pupuk ini yang paling umum adalah untuk membantu
penyerapan unsur Hara makro N dan P. Mikroorganisme yang umum digunakan
biasanya adalah Rhizobium sp dan Azospirillum sp untuk penyerapan hara N, dan
Mikroorganisme pelarut fosfat untuk penyerapan P.
Pemanfaatan
mikrob telah lama dilakukan untuk memperbaiki kualitas tanam, namun pemanfaatan
dengan melalui penggunaan pupuk hayati harus diperhatikan dengan cermat. Sebab,
ketahanan Mikrob terhadap lingkungan terbatas dan juga jangka waktu hidup
mikroorganisme yang cuma sekitar 6 bulan.
Pembuatan
Pupuk hayati ini memerlukan bahan-bahan khusus namun sederhana, 3 komponen yang
paling utama untuk membuatnya adalah Carrier atau bahan padatan, Bahan Pelekat
dan tentu saja Isolat mikroorganisme.
Carrier
yang paling umum digunakan adalah pupuk Kompos, tapi dapat juga digunakan bahan
tanah Gambut, dan Casting ( Casting merupakan zat kotoran cacing yang
dikeluarkan ketika proses pengomposan BO dalam tanah, biasa digunakan untuk menyuburkan
tanah)
Adapun
proses pembuatannya pertama-tama adalah mengayak carrier, katakanlah misalnya
kita gunakan Kompos, hingga ukuran yang halus. Kompos yang diayak kira2
sebanyak 3 Kg. Kemudian ayakan kompos yang sudah halus ini dicampur dengan
Molase atau tapioka, diaduk-aduk hingga kalis atau saling merekat secara
merata. Adonan ini kemudian dicetak dalma bentuk padat dengan alat, kalau tidak
ada alat pencetak bisa juga di bentuk pelet dengan tangan. Cetakan padat
kemudian dikeringkan selama 3 hari. Tahap selanjutnya adalah Injeksi
Mikroorganisme, mikroorganisme dalam Inokulum cair disemprotkan ke
padatan(Inokulum ini telah diisolasi dari tanah sebelumnya).
Padatan
harus dalam keadaan kadar Air sekitar 40% untuk memudahkan kerja Mikrob.
Biasanya untuk mengetahui perkiraan kadarnya adalah dengan cara digenggam untuk
merasakan porsi lembabnya. Tahap terakhir adalah proses Inkubasi, tahap ini
harus diperhatikan dengan cermat karena berpengaruh pada populasi
Mikroorganisme yang berkembang. Jumlah mikroorganisme yang benar setidaknya
harus mencapai 10.000.000.000 sel per Mililiter ( Dihitung berdasarkan metode
Most Probable Number atau MPN). Sebetulnya bahan baku pembuatan
pupuk hayati ini bisa bermacam-macam. Yang saya uraikan di atas hanya
berdasarkan pengalaman membuat pupuk hayati dua tahun lalu, akan lebih bagus
jika menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah didapat di sekitar kita dan
lebih aplikatif. Karena sebetulnya kuncinya sama seperti membuat kompos yaitu
pada kinerja mikroorganisme. Semakin tinggi aktivitas mikrob semakin baik
efeknya di dalam tanah dan tanaman.[4]
0 komentar:
Posting Komentar